1. Pengenalan
1.2.
Pengenalan Linux
Berawal dari eksperimen
Linus Trovalds dengan Komputer Minix miliknya, terciptalah Sistem Operasi
Linux. Sejak saat itu, Dia terus mengembangkan dan memperbaiki Sistem Operasi
temuanya tersebut. Berkat kerja kerasnya, terciptalah Linux 1.0 yang
keseluruhanya berbasis TEKS. Karena Linux bersifat Open Source, dan dengan
cepatnya Sistem Informasi & Komunikasi saat ini, Linux telah berkembang
begitu pesat. Sampai saat ini, sudah tak terhitung lagi, berapa banyak distro-distro
yang sudah dikembangkan. Dari Linux yang berbasis TEKS, berkembang menjadi
Linux yang berbasis GRAFIK. Bahkan tampilanya pun telah dapat menyaingi Sistem
Operasi berbayar sekali pun.
Postingan ini dikhususkan
untuk Distro Linux Debian Lenny (5.0). Namun tidak jauh berbeda, jika Anda
menggunakan distro linux turunan lainya, semisal Ubuntu, Debuntu, Kanotix,
Knoppix, BackTrack, dll. Dan kebanyakan konfigurasinya akan menggunakan mode
TEKS. Karena dianggap lebih cepat dan efisien. Bagaimanapun juga, walau menggunakan
GUI, ujung-ujungnya Anda juga harus mengetahui perintah SHELL. Dalam Linux,
pembagian hak akses pemakai atau user dibedakan menjadi dua. Yaitu user biasa
dan super user (root). Dengan hak akses super user, kita diperbolehkan merubah,
menambah, dan menghapus file konfigurasi system yang ada. Berbeda dengan user
biasa, yang memiliki hak akses terbatas. Perbedaan antara user biasa dan super
user, ditandai dengan symbol “$” dan “#” pada terminal. Untuk login ke super
user, gunakan perintah su.
ryan@debian-server:~$ whoami
ryan
ryan@debian-server:~$ su
Password: (masukan password root)
debian-server:/home/ryan# whoami
root
Walau dalam keadaan user
biasa, anda masih bisa menggunakan hak akses root. Caranya yaitu tinggal
ketikan perintah sudo sebelum perintah selanjutnya.
ryan@debian-server:~$ sudo vim /etc/hosts
2.
Konfigurasi TCP/IP
2.1. Topologi
Jaringan
Dalam pembahasan tentang Konfigurasi
Debian sebagai Server pada buku ini, mengacu pada topologi jaringan seperti
yang tertera pada gambar berikut.
Gambar 1
Topologi di atas menggunakan Topologi
Star (Bintang). Dan Topologi tersebut tidak berlaku jika server Debian digunakan
sebagai Router (Gateway) atau VPN Server. Karena pada kedua layanan tersebut
server Debian harus memiliki minimal dua NIC (Network Interface Card), dan
harus di posisikan langsung dengan Internet. Kecuali jika menggunakan Ip
Address Alias. Informasi dari setiap perangkat jaringan tersebut adalah seperti
berikut;
Perangkat
|
Interface
|
Address
|
Netmask
|
Gateway
|
DNS-NameServer
|
Sistem Operasi
|
Router
|
eth0
|
119.40.22
|
255.255.255.252
|
119.2.40.21
|
119.2.40.21
|
Mikrotik
|
eth1
|
192.168.10.254
|
255.255.255.0
|
-
|
|||
Server
|
eth0
|
192.168.10.1
|
255.255.255.0
|
192.168.10.1
|
119.2.40.21
|
Debian Lenny
|
Client
|
eth0
|
192.168.10.253
|
255.255.255.0
|
192.168.10.1
|
192.168.10.1
|
Windows XP
|
2.2.
Mengaktifkan Ethernet
Network Interface Card (NIC)
atau Ethernet di linux diberi nama etho, eth1, eth2, dst. Dan untuk
interface Local Loopback diberi nama lo. Untuk mengetahui interface apa
saja yang terpasang pada server Debian, gunakan perintah ifconfig berikut.
debian-server:/home/ryan# ifconfig
lo Link
encap:Local Loopback
inet
addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0
inet6
addr: ::1/128 Scope:Host
UP
LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1
RX
packets:46 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX
packets:46 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0
txqueuelen:0
RX
bytes:3036 (2.9 KiB) TX bytes:3036 (2.9 KiB)
Seperti terlihat diatas,
Interface yang aktif hanyalah interface Loopback. Sebagai tambahan, jangan
pernah sekalikali untuk menon-aktifkan interface Loopback tersebut. Sebab
interface tersebut digunakan oleh aplikasi-aplikasi server Debian agar dapat
berjalan pada computer Localhost. Agar dapat terkoneksi ke Jaringan Komputer,
aktifkan terlebih dahulu Interface Ethernet. Pastikan nama untuk Ethernet
tersebut, default untuk Ethernet pertama adalah etho. Gunakan perintah ifup
untuk meng-aktifkan, dan sebaliknya gunakan perintah ifdown.
debian-server:/home/ryan# ifup eth0
Jika muncul pesan error pada layar terminal, gunakan perintah
berikut di bawah.
debian-server:/home/ryan# ifconfig eth0 up
debian-server:/home/ryan# ifconfig
eth0 Link
encap:Ethernet HWaddr 00:0c:29:58:cf:68
inet
addr:192.168.10.1 Bcast:192.168.10.255 Mask:255.255.255.0
inet6
addr: fe80::20c:29ff:fe58:cf68/64 Scope:Link
UP
BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1
RX
packets:1610 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:1419 errors:0 dropped:0
overruns:0 carrier:0
collisions:0
txqueuelen:1000
RX
bytes:189305 (184.8 KiB) TX bytes:198940 (194.2 KiB)
Interrupt:18
Base address:0x1080
Lo Link
encap:Local Loopback
inet
addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0
inet6
addr: ::1/128 Scope:Host
UP
LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1
RX
packets:46 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX
packets:46 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0
txqueuelen:0
RX
bytes:3036 (2.9 KiB) TX bytes:3036 (2.9 KiB)
2.3.
Konfigurasi Ip Address
Semua peralatan yang
terhubung ke jaringan computer, membutuhkan alamat khusus yang disebut Ip
Address. Agar semua peralatan tersebut dapat berhubungan satu sama lain. Oleh
sebab itu, Network Interface Card tidak akan berarti apa-apa, jika Ip Address
pada interface tersebut tidak diset terlebih dahulu. Memberi Ip Address pada
linux debian tidaklah sulit. Untuk cara cepatnya, gunakan perintah singkat
dibawah ini.
debian-server:/home/ryan# ifconfig eth0 192.168.10.1
netmask 255.255.255.0 up
Kelemahan perintah di atas adalah, jika computer booting ulang,
maka konfigurasi Ip Address tersebut akan hilang. Untuk itu kita harus mengedit
file interfaces, agar konfigurasi tersebut tidak hilang walaupun
computer booting ulang. Kita bisa menggunakan aplikasi text editor vim, vi,
nano, gedit¸ ataupun yang lainya untuk mengedit file tersebut. Saya
sarankan, lebih baik Anda menggunakan editor vim saja.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/network/interfaces
# This file describes the network interfaces available
on your system
# and how to activate them. For more information, see
interfaces(5).
# The loopback network interface
auto lo
iface lo inet loopback
# The local network interface
auto eth0
iface eth0 inet static
address
192.168.10.1
netmask
255.255.255.0
gateway
192.168.10.254
dns-nameservers
119.2.40.21
Tambahkan Ip Address anda
seperti script di atas. Khusus editor vim, kita harus menekan huruf “i”
(INSERT) untuk mengedit. Setelah dirasa konfigurasi sudah benar, tekan
tombol “Esc”, lalu tekan “:” dan tuliskan “wq” (WRITE &
QUIT). Jika tidak ingin menyimpanya, tuliskan “q!” (Only
Quit). Kata auto yang terletak di depan nama suatu interface,
menandakan bahwa interface tersebut akan dinyalakan secara otomatis pada saat
computer booting. Interface lo tidak memiliki konfigurasi Ip Address,
karena lo digunakan sebagai loopback sehingga memiliki Ip Address yang
pasti yakni 127.0.0.1. Alamat IP ini digunakan oleh computer untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Konfigurasi Ip Address untuk ethO harus
diberikan secara manual, karena interface tersebut menggunakan IP statis. Agar
konfigurasi tersebut dapat langsung dijalankan, kita harus merestart terlebih
dahulu service networking.
debian-server:/home/ryan# /etc/init.d/networking restart
Jika ingin menambahkan interface lagi, tinggal tambahkan script seperti
diatas, pada baris paling bawah. Dan ganti etho, menjadi eth1, eth2,
eth3, dan seterusnya.
Untuk melihat table routing pada linux, gunakan perintah berikut.
debian-server:/home/ryan# route -n
Kernel IP routing table
Destination Gateway Genmask Flags Metric Ref Use Iface
192.168.10.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth0
0.0.0.0 192.168.10.254 0.0.0.0 UG 0 0 0 eth0
2.4.
Menambahkan DNS
Agar server Debian dapat
terkoneksi ke Internet, harus kita tambahkan dns-name-server terlebih dahulu.
Biasanya DNS tersebut, kita dapatkan dari ISP (Internet Service Provider).
Daftarkan DNS tersebut pada file resolv.conf. Jika file resolv.conf belum
ada, maka terpaksa kita harus meng-install ulang system operasi Debian
tersebut.
Jika file tersebut belum ada, ya tinggal buat saja file tersebut
secara manual.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/resolv.conf
search debian.edu
nameserver 192.168.10.1
nameserver 119.2.40.21
2.5.
Setting Repositori
Installasi software pada
system operasi inux bisa dilakukan melalui berbagai cara. Mulai lewat CD, DVD,
Flashdisk, ataupun melalui media jaringan seperti HTTP dan FTP. Kurang lebih
seluruh software dalam distro Debian Lenny dikemas dalam 16 CD, atau tepatnya 5
DVD.
2.5.1. Installasi Software via DVD/CD
Cara ini kita gunakan jika
server Debian tidak terkoneksi ke Internet, alias hanya untuk jaringan Lokal.
Kelebihanya adalah installasi software lebih cepat dibanding installasi melalui
media jaringan. Masukan CD/DVD Debian pada DVDROM, kemudian gunakan perintah
berikut.
debian-server:/home/ryan# apt-cdrom add
debian-server:/home/ryan# apt-get update
Jika terdapat 5 DVD, masukan DVD tersebut satu persatu. Kemudian
lakukan hal yang sama seperti cara di atas.
2.5.2. Repositori via Jaringan
Untuk installasi software
melalui media jaringan, dibutuhkan sebuah server khusus yang bernama Repositori
Server. Repositori Server tersebut berisi file-file binary dari seluruh paket
software sebuah distro Linux. Dimana pada nantinya software tersebut dapat
didownload, atau bahkan diinstall langsung oleh client Linux melalui media
jaringan. Semua alamat repositori diletakan pada file sources.list berikut.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/apt/sources.list
# Ropository via DVD/CD
#deb cdrom:[Debian GNU/Linux 5.0.0
_Lenny_ - Official i386 DVD Binary-1 20090214-16:54]/ lenny contrib main
#
# Repository Jaringan Internasional
deb http://security.debian.org/ lenny/updates main
contrib
deb-src http://security.debian.org/ lenny/updates main
contrib
Tambahkan alamat Repositori Server pada file tersebut. Dan beri
tanda “#” yang berarti Disable, pada alamat repositori yang tidak
diperlukan. Update database repositori, agar dapat mengenali seluruh paket
software yang tersedia.
debian-server:/home/ryan# apt-get update
debian-server:/home/ryan# apt-get
upgrade
2.6.
Ip Address Alias
Ip Address Alias adalah
suatu kondisi, dimana kita diharuskan menggunakan dua atau lebih Ip Address
dalam satu NIC (just One network adapter). Seolah-olah computer kita memiliki
dua buah NIC, dan terkoneksi dalam dua atau lebih jaringan yang berbeda. Masih
dalam file interfaces, tinggal tambahkan scripts untuk Ip Alias berikut.
Dalam Ip Address Alias, tinggal tambahkan sub-nomor di belakang nama interface
asli. Misal eth0:0, eth0:1, eth0:2 atau eth1:0, eth1:1 dan seterusnya.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/network/interfaces
# The loopback network interface
auto lo
iface lo inet loopback
# The local network interface
auto eth0
iface eth0 inet static
address
192.168.10.1
netmask
255.255.255.0
network
192.168.10.0
broadcast
192.168.10.255
gateway
192.168.10.254
dns-nameservers
192.168.10.1
# The local alias network interface
auto eth0:0
iface eth0:0 inet static
address
10.10.10.1
netmask
255.255.255.0
Jangan lupa untuk selalu merestart service networking, setiap kali
selesai mengkonfigurasinya.
debian-server:/home/ryan# /etc/init.d/networking restart
2.7.
Host Name
HostName digunakan untuk penamaan pada setiap computer dalam
jaringan, agar memiliki nama mesin yang berbeda. HostName tersebut memudahkan
kita dalam membedakan setiap computer dalam jaringan, dibandingkan menghafal
setiap Ip Address yang berbentuk numerik. Pada system operasi Linux dan
Windows, layanan tersebut berjalan pada protocol NetBIOS. Secara otomatis,
ketika kita meng-install system operasi Debian, kita akan ditanya terlebih
dahulu tentang pemberian nama HostName tersebut. Namun kita masih dapat merubah
nama HostName tersebut, tanpa install ulang tentunya. Buka dan edit file hosts
berikut, dan tambahkan Ip Address pada baris kedua, kemudian domain,
lalu hostname.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/hosts
127.0.0.1 localhost
192.168.10.1 debian.edu debian-server
#. . .
File konfigurasi kedua adalah untuk HostName-nya sendiri.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/hostname
debian-server
Atau untuk cara cepatnya, bisa menggunakan perintah echo.
debian-server:/home/ryan# echo “debian-server” >
/etc/hostname
debian-server:/home/ryan# cat /etc/hostname
debian-server
Restart, agar nama HostName tersebut diaplikasikan langsung oleh
system Debian.
debian-server:/home/ryan# /bin/hostname –F /etc/hostname
debian-server:/home/ryan# hostname
debian-server
3. DNS Server
Domain Name System adalah
suatu metode untuk meng-konversikan Ip Address (numerik) suatu komputer ke
dalam suatu nama domain (alphabetic), ataupun sebaliknya. Yang memudahkan kita
dalam mengingat computer tersebut. Misalnya, server Debian memiliki alamat Ip
Address sekian, namun pada umumnya, orang tidak akan mudah mengingat alamat Ip
dalam bentuk numerik tersebut. Dengan adanya DNS Server, kita bisa mengakses
halaman situs dari server Debian tersebut hanya dengan mengakses nama
Domain-nya (www.debian.edu), tanpa mengingat Ip Address
dari computer tersebut.
3.1.
Installasi
Bind9 (Berkeley Internet
Name Domain versi 9) adalah salah satu aplikasi linux yang sangat populer
sebagai DNS Server, dan hampir semua distro linux menggunakanya. Selain itu,
dalam konfigurasinya pun cukup mudah dimengerti, khususnya bagi pemula awal.
debian-server:/home/ryan# apt-get install bind9
3.2.
Konfigurasi
Berikut file-file penting yang akan kita konfigurasi dalam DNS
Server;
a. /etc/bind/named.conf
b. file forward
c. file reverse
d. /etc/resolv.conf
3.2.1.
Membuat Zone Domain
Bagian ini adalah yang
terpenting, dimana kita akan menentukan nama untuk Domain dari server Debian
kita nantinya. Kita boleh membuat Zone Domain menggunakan Tld (Top Level
Domain) hanya pada jaringan local (There’s no Internet Connection). Karena
sudah ada organisasi yang khusus mengatur domain Tld tersebut, contohnya di
Indonesia adalah Pandi. Edit dan tambahkan konfigurasi untuk forward dan
reverse, pada file named.conf atau bisa juga pada file named.conf.local.
Kemudian tambahkan script di bawah ini.
debian-server:/home/ryan# vim /etc/bind/named.conf
#. . .
zone "debian.edu" { //Zone
Domain anda
type
master;
file
"db.debian"; //lokasi
file FORWARD, default di /var/cache/bind/
};
zone "192.in-addr.arpa" { //1
blok ip paling depan
type
master;
file
"db.192"; //lokasi
file REVERSE, default di /var/cache/bind/
};
include "/etc/bind/named.conf.local"; //membuat file
named.conf.local di process
3.2.2.
File Forward
Forward berfungsi untuk konversi dari DNS ke Ip Address. Misalnya ketika
kita ketik www.debian.edu melalui Web Browser, maka akan muncul website dari server Debian. Buat
file konfigurasi untuk file forward dari DNS tersebut. Karna konfigurasinya
cukup banyak, kita tinggal copykan saja file default yang sudah ada.
debian-server:/home/ryan# cd /etc/bind/
debian-server:/etc/bind# cp db.local
/var/cache/bind/db.debian
debian-server:/etc/bind# vim /var/cache/bind/db.debian
$TTL 604800
@ IN SOA debian.edu. root.debian.edu. (
2
; Serial
604800
; Refresh
86400
; Retry
2419200
; Expire
604800
) ; Negative Cache TTL
;
@ IN NS debian.edu. ;tambahkan “titik” di akhir domain
@ IN A 192.168.10.1
www IN A 192.168.10.1
ftp IN A 192.168.10.1
sub-domain IN A 192.168.10.1 ;jika ingin membuat sub-domain
mail IN A 192.168.10.1
streaming IN A 192.168.10.1 ;alamat
untuk streaming server
3.2.3.
File Reverse
Reverse
berfungsi untuk konversi Ip Address ke DNS. Misalnya jika kita
mengetikan Ip Address http://192.168.10.1 pada
Web Browser, secara otomatis akan redirect ke alamat www.debian.edu. Bagian
ini adalah opsional, jika kita tidak
ingin mengkonfigurasi file reverse pun, juga boleh
debian-server:/etc/bind# cp db.127 /var/cache/bind/db.192
debian-server:/etc/bind# vim /var/cache/bind/db.192
$TTL 604800
@ IN SOA debian.edu.
root.debian.edu. (
1 ;
Serial
604800 ;
Refresh
86400 ;
Retry
2419200 ;
Expire
604800
) ;
Negative Cache TTL
;
@ IN NS debian.edu. ;ingat “titik”
1.10.168 IN PTR debian.edu. ;3 blok ip terakhir,
dan dibalik
3.2.4.
Menambah dns-name-server
Tambahkan dns dan nameserver dari server Debian
tersebut pada file resolv.conf. Agar dapat diakses melalui computer
localhost.
debian-server:/etc/bind# vim /etc/resolv.conf
search debian.edu
nameserver 192.168.10.1
Terakhir, restart daemon dari bind9.
debian-server:/etc/bind# /etc/init.d/bind9 restart
Bagi pemula awal, pada bagian ini sering sekali terjadi failed.
Hal ini terjadi, karena Anda melakukan kesalahan pada satu file, yaitu file
named.conf. Periksa kembali script yang anda buat, dan sesuaikan seperti
konfigurasi diatas.
3.3.
Pengujian
Test apakah DNS Server tersebut berhasil atau tidak, dengan
perintah nslookup dari computer Localhost ataupun dari computer client.
debian-server:/etc/bind# nslookup 192.168.10.1
Server : 192.168.10.1
Address : 192.168.10.1#53
1.10.168.192.in-addr.arpa name = debian.edu.
debian-server:/etc/bind# nslookup debian.edu
Server : 192.168.10.1
Address : 192.168.10.1#53
Name : debian.edu
Jika muncul pesan seperti ini,
Server : 192.168.10.1
Address : 192.168.10.1#53
** server can't find debian.edu.debian.edu: SERVFAIL
Berarti masih terdapat
script yang salah, periksa dimana file yang salah tersebut. Jika pesan error
itu muncul ketika nslookup DNS, berarti kesalahan terletak antara file db.debian
atau named.conf. Namun jika muncul ketika di nslookup IP,
berarti kesalahan di file db.192 atau named.conf. Atau anda bisa
menggunakan perintah dig untuk pengujian dari server localhost.
debian-server:/etc/bind# dig debian.edu
4. Database Server
Database berfungsi sebagai
media penyimpanan data-data ataupun informasi penting. Pada web server yang kompleks,
biasanya diperlukan adanya Database server sebagai media penyimpanan datanya.
Database server ini bisa kita gunakan terpisah ataupun bersamaan dengan web
server itu sendiri. Aplikasi untuk database server sendiri sudah begitu banyak,
diantaranya yang paling terkenal adalah MySQL, PostgreSQL, dan MsSQL.
4.1.
Installasi
Berikut saya cenderung
menggunakan MySQL versi 5 sebagai Database server, dikarenakan kemampuanya yang
sudah terkenal stabil. Install aplikasi MySQL, kemudian isikan password untuk
user default root pada MySQL tersebut.
debian-server:/home/ryan# apt-get install mysql-server
4.2.
Konfigurasi
Sebetulnya secara otomatis,
ketika selesai menginstall MySQL, database server sudah langsung dapat kita
gunakan. Namun jika ingin merubah konfigurasi, misalnya merubah Port default
MySQL, ataupun mengkonfigurasi agar MySQL server dapat dikunjungi melalui
computer lain selain dari localhost. Tinggal edit file berikut;
debian-server:/home/ryan# vim /etc/mysql/my.conf
Setelah selesai mengkonfigurasi, pastikan untuk merestart daemon
mysql tersebut.
debian-server:/home/ryan# /etc/init.d/mysql restart
Stopping MySQL database server: mysqld.
Starting MySQL database server: mysqld.
Checking for corrupt, not cleanly closed and upgrade
needing tables..
4.3.
Pengujian
Pengujian Database server ini dapat kita lakukan melalui dua cara.
Pertama bisa melalui terminal/shell, tapi agak sedikit membingungkan karna kita
harus menghafal syntax-syntax yang ada. Dan pilihan kedua bisa menggunakan PHPMyAdmin
untuk pengolahan Database server melalui web browser.
4.3.1.
Pengujian via Terminal
Pada jendela console terminal, gunakan perintah berikut.
debian-server:/home/ryan# mysql –u root –p
Enter password: ****
Welcome to the MySQL monitor. Commands end with ; or \g.
Your MySQL connection id is 28
Server version: 5.0.51a-24 (Debian)
Type 'help;' or '\h' for help. Type '\c' to clear the
buffer.
mysql>
Berikut perintah-perintah yang sering digunakan pada MySQL server;
a. Melihat Database,
mysql > show databases;
b. Membuat Database,
mysql > create database namadatabase;
c. Membuka Database,
mysql > use namadatabase;
d. Menghapus Database,
mysql > drop database namadatabase;
5. Web Server
Web Server termasuk salah satu layanan SERVER yang paling popular.
Karena lewat web server tersebut, website kita dapat diakses oleh seluruh
pengunjung dari Internet. Dalam keadaan default, web server berjalan pada
protocol HTTP melalui port 80. Pada buku ini kita akan membuat web server
menggunakan aplikasi Apache. Dalam perancangan Web Server, kita harus
mengetahui terlebih dahulu persyaratan (Dependensi) dari website yang akan kita
buat. Misalnya, website tersebut membutuhkan bahasa HTML saja, atau PHP4, PHP5,
atau juga MySQL Database sebagai media penyimpanan datanya. Kita asumsikan
saja, akan menggunakan Content Management System (CMS) gratisan dari Internet,
semisal Joomla, Wordpress atau Druppal.
5.1.
Installasi
Install terlebih dahulu, semua paket aplikasi web server yang
dibutuhkan.
debian-server:/home/ryan# apt-get install apache2 php5
mysql-server phpmyadmin
5.2.
Konfigurasi
Pada saat installasi Apache2, sebenarnya website dari server
Debian sudah dapat kita kunjugi melalui Web Browser. Coba anda ketikan alamat www.debian.edu, dan hasilnya akan seperti dibawah ini. Hal ini terjadi karena
Virtual Host default otomatis aktif.
Gambar 2
5.2.1.
Konfigurasi Virtual Host
Virtual Host ini akan mewakili konfigurasi untuk setiap website
yang akan kita buat. Kita dapat mengganti file Virtual Host default yang sudah
ada, tapi ada baiknya kita copy saja file tersebut, dan membuat konfigurasi
Virtual Host yang baru untuk website kita.
debian-server:/home/ryan# cd
/etc/apache2/sites-available/
debian-server:/etc/apache2/sites-available# cp default
web
debian-server:/etc/apache2/sites-available# vim web
<VirtualHost *:80>
ServerAdmin
webmaster@smkn1pungging.sch.id
ServerName
www.debian.edu #domain utama
ServerAlias
debian.edu #domain utama tanpa “www”
DocumentRoot
/var/www/web/ #direktori website
<Directory
/>
Options
FollowSymLinks
AllowOverride
None
#.
. .
#. . .
Disable VirtualHost default yang sudah ada, dan aktifkan
VirtualHost untuk website utama kita.
debian-server:/etc/apache2/sites-available# a2dissite
default
debian-server:/etc/apache2/sites-available# a2ensite web
5.2.2.
Konfigurasi Web Direktori
Konfigurasi pada apache2
sudah selesai, sekarang tinggal kita konfigurasi untuk direktori website-nya.
Web Direktori ini adalah direktori dimana kita akan menempatkan semua isi
file-file untuk website kita. Terlebih dahulu buat folder web. Path
defaultnya adalah /var/www , anda bisa merubahnya, misalnya diganti nama
menjadi public_html atau semacamnya.
debian-server:/etc/apache2/sites-available# cd /var/www/
debian-server:/var/www# mkdir web
debian-server:/var/www# cd web/
debian-server:/var/www/web#
5.2.3.
PhpInfo
PHP merupakan salah satu
bahasa pemrograman web yang paling popular di dunia. Pada bagian diatas kita
sudah menginstall PHP versi 5 (2011), yang menjalankan website Joomla dan
tentunya berbasis php. Pada bagian ini kita akan membuat file yang berbasis
php, untuk melihat informasi dari php itu sendiri. Kode-kode dalam pemrograman
PHP, penulisanya menyatu dengan tag-tag HTML dalam suatu file yang sama. Kode PHP
diletakan antara script <? atau <?php dan diakhiri dengan
tanda ?> sebagai tanda bahwa bahasa yang digunakan adalah pemrograman
PHP. File yang berisikan PHP, akan disimpan dengan ekstensi .php.
Berdasarkan ekstensi inilah, pada saat file diakses oleh server, secara
otomatis server akan mengenali file tersebut sebagai laman web berbasis PHP.
Selanjutnya server akan menerjemahkan kode-kode PHP tersebut menjadi tag-tag
HTML pada browser client. Tambahkan file phpinfo pada direktori website
yang sudah ada.
debian-server:/home/ryan# cd /var/www/web/
debian-server:/var/www/web# cat > phpinfo.php
<?php
phpinfo();
?>
debian-server:/var/www/web#
Untuk menyimpan tulisan tersebut, tekan CTRL + D pada
keyboard.
5.3. Pengujian
Dalam pengujian web server, kita
membutuhkan aplikasi Web Browser. Anda bisa menggunakan web browser yang berbasis
GUI seperti Mozilla, Opera, dan Google Chrome. Atau bisa juga menggunakan Web
Browser berbasi text seperti lynx, links, yang berjalan pada system
operasi Linux.
5.3.1.
Pengujian PhpInfo
Karena tadi kita telah
membuat file phpinfo pada direktori website Joomla, maka sekarang kita
bisa membukanya melalui web browser. Tinggal tambahkan phpinfo.php dibelakang
nama domain utama. (http://www.debian.edu/phpinfo.php)
Gambar 3
DAFTAR
PUSTAKA
1). Majalah LINUX. 2009. Debian
5.0 (LENNY).. PT InfoLINUX Media Utama. Jakarta.
2). M. Farid Azis. 2001. Belajar
Sendiri Pemrograman PHP. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
3). Onno W Purbo, Dodi Maryanto,
Widjil Widodo, dan Syahrian Hubbany. 2000. Membangun Server Internet dengan
FreeBSD. Andi. Yogyakarta.
4). Rahmat Rafiudin. 2006. Membangun
Server E-Mail Berbasis FreeBSD/Linux. Andi. Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar